NASKAH DRAMA
Tema :
NASIB SEORANG MANUSIA
Judul : RODA KEHIDUPAN
Sinopsis : Andi, seorang anak
miskin penjual koran. Sedangkan Reza adalah seorang anak dari keluarga yang
kaya dan sangat membenci Andi. Namun, terjadi sesuatu yang akhirnya membuat
kehidupan mereka berubah hingga 360o dari sebelumnya. Apakah yang
sebenarnya terjadi ?
Adegan I
Tampak berjejer rumah-rumah mewah dan elite di sebuah kompleks
perumahan. Terlihat sangat bersih dan rapi. Andi tampak sedang menyusuri jalan
sambil menjajakan korannya ke setiap rumah. Ia pun terus berjalan dan akhirnya
berada di depan pagar rumah Reza.
ANDI :
Koran, koran, koran. Koran pak, koran bu...
REZA :
Koran.... ( berlari kecil keluar rumahnya ) Aku mau beli koran.
Berapa satunya ?
ANDI :
Murah kok. Cuma Rp 3.500,-
REZA :
Oh, gitu. Ini uangku, sisanya ambil aja.
ANDI :
Wah, tapi uang kamu Rp 100.000,-
REZA :
Gak apa-apa. Ambil saja, orang miskin kayak kamu pasti butuh uang
itu. Jadi, ambil aja.
ANDI :
Kalau gitu terima kasih ya. Oh iya, ini korannya ( Memberikan
koran kepada Reza sambil tersenyum )
REZA :
Ya udah, sana pergi. Jangan lama-lama disini.
ANDI :
Iya, sekali lagi terima kasih.
REZA :
Iya, iya. Cepet sana pergi.
Adegan II
Tampak lingkungan yang sangat kotor dan bau. Sampah berserakan
dimana-mana, serta keadaan tanah yang becek pada tempat itu. Andi pun berjalan
menuju rumahnya yang berada di kampung itu.
ANDI :
Bu.. Ibu... Andi pulang bu.
BU SITI :
( Segera keluar rumah dan membukakan pintu untuk Andi ) Kamu sudah
pulang ?
ANDI :
( Masuk kedalam rumah bersama Bu Siti, lalu menutup pintu ) Iya
bu. Hari ini Andi dapat banyak uang.
BU SITI :
Wah, bagus kalau begitu. Mana uangnya ?
ANDI :
( Merogoh sakunya lalu mengambil uang hasil penjualan korannya dan
memberikannya kepada Bu Siti ) Nih bu !
BU SITI :
Hah, banyak sekali.. ( Menunjukkan ekspresi wajah kaget dengan
mulut menganga )
ANDI :
Tadi yang beli anak orang kaya bu. Terus, dia bilang kembaliannya
ambil aja.
BU SITI :
Dia anaknya baik ya. Jarang loh, ada anak orang kaya yang baik.
ANDI :
Iya bu, dia memang baik, tapi sayangnya dia sombong. Tadi waktu Andi
udah selesai beli koran, dia langsung ngusir Andi dari rumahnya dan waktu dia
minta koran, dia bilangin Andi ini orang miskin.
BU SITI :
Oh, begitu ya. Ternyata orang kaya dimana-mana sama saja. Selalu
menginjak harga diri orang dibawahnya, padahal harta itu gak dibawa mati.
ANDI :
Ya udah bu kita jangan bicarakan orang lain terus, nanti bisa
dosa. Andi mau simpan uangnya di celengan dulu ya bu.
BU SITI :
Eh, tunggu dulu, ibu mau bilang sesuatu. Isi celengan kamu sudah
ada berapa ?
ANDI :
Andi tidak tahu bu, Andi nggak pernah hitung. Memangnya kenapa bu
?
BU SITI :
Kalau uangnya sudah cukup banyak dan masih cukup untuk biaya makan
kita, ibu pinjam sedikit ya. Karena belum terima gaji dari majikan ibu, padahal
ibu Lastri sudah terus menagih hutang sama ibu.
ANDI :
Iya bu. Nanti pasti Andi kasih kalau sudah cukup banyak. Ibu tidak
usah pinjam, ambil aja bu.
BU SITI :
Tapi kan itu uang tabungan kamu untuk nanti masuk kuliah. Ya kan ?
ANDI :
Tidak apa-apa bu. Kan kuliah Andi masih lama. Jadi, masih ada
waktu untuk Andi mengumpulkan uang yang lebih banyak lagi.
BU SITI :
Kamu memang anak baik. Terima kasih ya nak. Dan kamu juga harus
lebih rajin lagi untuk menabung. Kamu masih ingin jadi dokter kan ?
ANDI :
Iya bu. Andi harus jadi dokter. Andi mau mengobati orang yang
sedang sakit supaya mereka cepat sembuh dan tidak menderita atas penyakit yang
ia miliki.
BU SITI :
Kemauan kamu benar-benar mulia. Ibu do’akan supaya itu semua cepat
terwujud.
ANDI :
Amin...
Adegan III
Andi berangkat dari rumahnya untuk pergi menjajakan korannya
kembali di kompleks rumah Reza. Namun...
ANDI :
Koran, koran, koran. Koran pak, koran bu...
Ckitttt..... Sebuah mobil berada tepat di depan Andi lalu
menyerempetnya.
ANDI :
( Tersungkur ke dekat trotoar ) Aduhh....
Keluarlah seorang wanita dari dalam mobil dan segera melihat
keadaan Andi yang tersungkur di dekat trotoar.
IBU NIKITA :
( Berkata dengan terbata-bata ) Ya ampun.. Ya ampun.. Kamu.. Kamu
saya bawa ke rumah sakit ya.
ANDI :
Tidak usah bu. Saya tidak apa-apa, kaki saya hanya keseleo
sedikit.
BU NIKITA :
Tapi, kaki kamu memar. ( Menghela napas ) Kalau begitu saya bawa
kamu saja masuk kedalam rumah saya supaya kaki kamu bisa diobati agar tidak
bengkak.
ANDI :
Tidak usah bu. Kaki saya tidak apa-apa, nanti juga memarnya
hilang.
BU NIKITA :
Sudah.. Sudah.. Pokoknya kamu masuk saja ke rumah saya. Kalau kamu
pulang dengan keadaan seperti ini, kamu tidak bisa jual koran karena kaki kamu
memar.
Bu Nikita berteriak di depan pagar untuk memanggil pembantunya
agar membawa Andi masuk ke dalam rumah.
MBOK SUMI :
Ada apa bu ?
BU NIKITA :
Bawa anak ini kedalam rumah, lalu obati kakinya pakai obat di
dalam kotak P3K dan ambilkan surat-surat yang ada di meja kerja saya. Saya
masih harus kembali ke kantor karena masih ada banyak urusan.
MBOK SUMI :
Baik bu.
Mbok Sumi masuk kedalam rumah sambil menggendong Andi dan
menidurkannya di atas sofa. Ia pun masuk ke dalam ruang kerja Bu Nikita lalu
mengambil surat-surat dan segera keluar rumah untuk memberikannya kepada ibu
Nikita. Mbok Sumi pun kembali masuk ke dalam rumah dan melihat keadaan Andi.
MBOK SUMI :
Apanya yang sakit ?
ANDI :
Kaki saya keseleo bu, jadi agak memar.
MBOK SUMI :
Kamu tidak usah panggil saya ibu. Panggil saja dengan Mbok. Ya
sudah, Mbok ambilkan dulu ya kotak obatnya.
Mbok Sumi berjalan menuju tempat penyimpanan kotak P3K. Setelah
mendapatkannya, ia pun kembali ke sofa tempat ia menidurkan Andi.
MBOK SUMI :
( Duduk di atas sofa ) Sini kakinya biar ibu kasih obat, lalu
dipijat.
ANDI :
Iya Mbok.
Mbok Sumi pun memberikan obat dan memijat kaki Andi. Tiba-tiba
terdengar suara dari lantai atas.
REZA :
Mbok Sumi... Aku mau makan... Makanannya sudah siap belum ?
MBOK SUMI :
( Berteriak sambil sedikit mengangkat kepala menuju ke arah
keberadaan Reza ) Sudah saya siapkan di atas meja makan Mas Reza.
REZA :
( Menuruni tangga menuju ruang makan ) Loh mbok, itu siapa ?
Kenapa mbok mijat-mijat kakinya ?
MBOK SUMI :
Kakinya keseleo dan memar. Makanya saya pijat supaya memarnya
hilang.
REZA :
Tapi dia itu orang miskin ( Menuju ke dekat Andi ) Heh, gembel gak tau diri ! Pergi kamu dari sini, ini
bukan rumah kamu. Seenaknya aja ya, kamu nyuruh
pembantu saya untuk pijat-pijat kaki kamu.
MBOK SUMI :
( Berkata dengan terbata-bata ) Tapi.. tapi mas... dia itu...
REZA :
Mbok tidak usah ikut campur. Mbok lebih masuk aja, saya mau
mengusir gembel ini dulu.
Mbok Sumi pun masuk ke dalam. Tapi, ia segera mengangkat telepon
untuk menelepon ibu Nikita.
BU NIKITA :
Ada apa Mbok ?
MBOK SUMI :
Gawat bu, gawat
BU NIKITA :
Gawat kenapa Mbok ?
MBOK SUMI :
Mas Reza mau mengusir anak yang sudah ibu tabrak tadi.
BU NIKITA :
Apa ? Mbok cepat cegah dia, saya akan pulang sesegera mungkin.
MBOK SUMI :
Baik bu. Saya akan berusaha mencegah Mas Reza.
Mbok Sumi pun kembali ke ruang tamu dan segera mencegah Reza agar
tidak mengusir Andi.
MBOK SUMI :
Mas Reza! Mas Reza jangan usir dia. Tadi itu nyonya nyerempet anak
ini. Dan kakinya itu luka. Mas Reza mau kalau kakinya tambah parah dan tidak
bisa jualan koran lagi?
REZA :
Itu urusan dia. Kalau memang dia tidak bisa jualan koran lagi,
kenapa kita harus pusing. Lagian, nggak mungkin mama nyerempet dia kalau si
gembel ini nggak hati-hati. Dasar ya kamu, gembel yang pintar banget ambil hati
orang.
Tiba-tiba pintu terbuka dan Bu Nikita segera masuk ke dalam rumah
dan menuju ke arah Reza.
BU NIKITA :
Apa-apaan kamu mau ngusir anak yang tidak bersalah ini?
REZA :
Nggak bersalah? Mama itu salah, dia itu bersalah, Ma. Dia ini berusaha buat ngambil kesempatan dalam kesempitan.
Nggak bersalah? Mama itu salah, dia itu bersalah, Ma. Dia ini berusaha buat ngambil kesempatan dalam kesempitan.
BU NIKITA :
Apa maksud kamu?
REZA :
Aduh, Ma. Masa’ mama nggak tau sih?. Dia itu sengaja nempel-nempel
ke mobil mama supaya bisa diserempet. Dan disaat dia udah diserempet, dia pasti
akan berharap mama ngasih dia uang ganti rugi. Atau mungkin disaat dia udah
dibawa masuk ke dalam rumah, dia akan berusaha untuk mengambil barang-barang
berharga yang ada dalam rumah kita saat kita semua sedang lengah.
ANDI :
Maaf ya. Saya sudah sering kali mendapatkan cacian dan makian dari
orang lain lantaran saya ini orang miskin. Dan saya tidak pernah merasa
tersinggung atau marah terhadap sikap mereka. Tapi disaat saya mendapat fitnah
bahwa saya berusaha untuk mencuri, maka disitulah saya akan marah.
REZA :
Terus, kalau kamu marah kamu bisa apa?
ANDI :
Mungkin, saya memang tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi saya mohon,
jangan sekali-kali kamu mengganggap bahwa setiap orang miskin itu adalah
penjahat. Karena nyatanya tidak semua orang miskin itu mempunyai pikiran untuk
mencuri. Dan ( Andi menatap Bu Nikita ) terima kasih ibu telah mau mengobati
luka saya. Saya pamit bu.
REZA :
Ya... ya... ya... Mungkin sekarang basa-basinya sudah cukup. Sana
keluar dari rumahku.
Andi keluar dari rumah Reza dan pulang ke rumahnya.
Adegan IV
Malam hari. Reza sedang asyik berbaring di ranjangnya sambil
mengutak-atik handphone-nya. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat berisik dari
lantai bawah. Reza pun segera bangkit dari ranjang dan menuju ke lantai bawah.
REZA :
Mama, ada apa sih? Kok, ribut banget?
BU NIKITA :
Reza, papa kamu....
REZA :
Papa kenapa, Ma?
BU NIKITA :
Papa kamu ditangkap polisi, dia... dia melakukan korupsi ( katanya
yang diringi dengan tangis yang terisak-isak )
REZA :
Terus, bagaimana nasib kita, Ma?
BU NIKITA :
Mama nggak tau. Tapi polisi tadi mengatakan kalau rumah,
perusahaan dan semua harta yang kita punya akan disita sebagai ganti atas uang
yang papa korupsi.
REZA :
Terus, kita tinggal dimana, Ma? Mama mau kerja apa? Kita nggak
mungkin harus tidur di jalanan.
BU NIKITA :
Sudah tidak ada pilihan lain lagi. Mama harus mencari pekerjaan di
tempat lain. Dan masalah tempat tinggal, mama akan carikan kontrakan yang
harganya murah. Jadi kita tidak perlu tidur di jalanan.
REZA :
Tapi, Ma. Kalau kontrakannya itu harganya murah, pasti tempatnya
juga sangat kumuh, Ma.
BU NIKITA :
Sayang, masih baik kita masih bisa tidur di bawah atap. Kamu nggak
liat? Masih banyak orang lain diluar sana yang nggak seberuntung kita. Ingat
itu!
REZA :
( menangis di pangkuan ibunya ) Baik, Ma. Reza mau tinggal di
sana.
Adegan V
7 tahun kemudian. Akhirnya, Andi yang rajin menabung memiliki masa
depan yang gemilang dan sebagian hasil dari kesuksesannya ia gunakan untuk
membangun sebuah Panti asuhan yang menampung banyak anak yatim. Namun, pada
malam itu, Reza tidak sengaja melintas di depan Panti Asuhan milik Andi dan
berteduh sejenak karena malam itu sangat dingin dan hujan deras.
ANDI :
( berjalan menuju Reza ) Ehmm..
REZA :
( berpaling ke wajah Andi) Eh, maaf, Pak. Saya hanya numpang
berteduh.
ANDI :
Oh, tidak apa-apa. Justru saya menawarkan bapak untuk masuk
sekaligus untuk istirahat di dalam. Atau, mungkin bapak mau makan? Di dalam
anak-anak juga sedang makan. Bapak juga bisa ikut makan.
REZA :
Tidak usah, Pak. Terima kasih banyak atas tawarannya.
ANDI :
Baiklah, kalau begitu. ( menatap Reza dengan penuh kehangatan )
REZA :
Loh, kenapa Bapak menatap saya seperti itu?
ANDI :
Begini, Pak. Entah kenapa saya rasa sosok Bapak itu begitu
familier untuk saya. Apa kita pernah ketemu?
REZA :
Saya juga tidak tahu, Pak. Memangnya nama Bapak siapa?
ANDI :
Saya Andi.
REZA :
Hah? Andi? Kamu Andi yang waktu itu menjual koran?
Hah? Andi? Kamu Andi yang waktu itu menjual koran?
ANDI :
Iya, berarti kamu Reza ?
REZA :
Iya, senang sekali saya bisa bertemu kamu lagi.
ANDI :
Memangnya kamu tidak jijik dengan saya? Dulu kamu sangat tidak
ingin saya ada di dekat kamu. Kenapa sekarang kamu jadi berubah?
REZA :
Karena hidup saya pun juga sudah berubah.
ANDI :
Berubah?
REZA :
Iya. Saya sekarang sudah tidak punya apa-apa. Harta dan rumah saya
sudah disita karena papa saya korupsi.
ANDI :
Sabar, itu namanya hidup. Tuhan memberikan kita cobaan. Dunia ini
berputar, seperti dengan manusia, nasibnya juga berputar, kadang diatas, kadang
dibawah, seperti roda kehidupan. Jadi, kita harus siap jalani semuanya.”
REZA :
Iya, Kata-kata kamu itu benar. Saya janji, saya akan berusaha
untuk mendapatkan hal yang pernah saya miliki dulu.
ANDI :
Betul. Karena hidup penuh dengan perjuangan.
Amanat : Dunia pasti berputar, kadang di bawah
dan kadang di atas bagaikan roda. Sama dengan nasib manusia, oleh karena itu
kita harus siap menjalani semuanya dan mengikhlaskan segalanya. Karena semua
itu semata hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
wah.. makasih teks dramanya..bgus sekali. saya ijin copy utk tugas school ya...
BalasHapusbagus teks dramanya :)
BalasHapusBagus kak dramanya banyak faedah yang di ambil,ijin copy ya kaka
BalasHapus